Aku Tahu Ia Adalah Muslim

Juli 11, 2013

Kupikir menolong orang lain bukan hanya sekedar tentang pahala apa yang akan didapat. Tetapi bagaimana menolong orang lain adalah sesuatu jalan menyampaikan terimakasih dan ucapan syukur lewat jalan yang tidak biasa. Begitulah kata ‘tolong’ dalam konteks ini tidak bisa diuraikan secara kemprehensif dan tidak bisa disamakan dengan kata tolong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kini kami mengalami chaos yang terlalu kompleks. Kupikir runtutan peristiwa ini adalah sama dengan apa yang pernah kualami saat-saat tahun pertama dulu. Saat teman SMA sendiri memprovokasi teman-teman yang lain untuk memasukkanku ke dalam penjara karena suatu kasus dimana justru aku yang menjadi korbannya. Kala itu aku mempertanggungjawabkannya dengan bolak-balik Solo – Jogja berkendara motor sendiri. Entah dalam 1 hari atau 2 hari aku bolak-balik untuk mempertanggungjawabkannya. Hanya itu yang bisa kulakukan untuk mencari kebenaran dari setiap jengkal permasalahan yang ada. Teman-teman banyak membantuku baik itu dari segi fisik maupun psikis. Bagi mereka yang tahu keadaanku, mereka maklum dengan berbagai kerugian yang kualami. Tanpa atau dengan bantuan material dari mereka, aku masih hidup sampai sekarang. Tanpa atau dengan bantuan material dari mereka, bantuan moriil dari mereka cukup mampu membuatku kuat. Keputusan final akhirnya jatuh pada pinjaman dan hutang kesana kemari yang kulakukan. Ketika kuwujudkan dalam bentuk yang lain, justru aku kurang mendapat penghargaan dari mereka. Barang yang seharusnya menjadi milik mereka, sudah kuusahakan untuk sampai di tangan mereka, berusaha menghubungi mereka, sekarang pun lenyap tak bersisa.

Sekarang hal itu terjadi lagi. Manakala kerugian dipasrahkan ke satu orang saja, yaitu si ketua, pemegang segala resiko dan segala untung-bila memang ada untung. Si ketua sudah mempertaruhkan berbagai hal baik itu materi, hati, tenaga untuk membuat hal itu terjadi. Bagi orang-orang yang memang tahu kondisi si ketua, maklum baginya untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut. Namun, bukan alasan karena aku tahu pengorbanan si ketua selama ini yang mendorongku untuk membantunya.

Sepanjang jalan menjalani hal ini, aku tahu bahwa ia menyesali semua yang telah terjadi. Setiap usai solat, aku tahu ia berdoa memohon ampun kepada Tuhan serta memohon bantuan atas semuanya. Aku tahu bahwa ia memanjatkan doa agar semua berjalan sesuai dengan takdir yang tepat serta usaha kami yang maksimal. Aku tahu ia selalu istikomah puasa sunnah. Dengan ini, aku tahu bahwa ia adalah seorang muslim. Bahwa ketika mendapat musibah, ia menyerahkan kepada Alloh, bukan kepada yang lain. Bahwa aku tahu, usaha yang dilakukan secara maksimal diiringi dengan doa. Tidak semua pemimpin melakukan itu ketika sedang dalam musibah. Pertama, aku tahu ia adalah seorang muslim. Untuk itu aku membantunya.

Berikut selama bekerja bersama si ketua, ia tak henti mengingatkan untuk solat. Di tengah hectic-nya berbagai urusan yang harus dilakukan saat persiapan menjelang acara, ia tak henti mengingatkan solat tepat waktu. Kedua, aku tahu ia adalah seorang muslim. Untuk itu aku membantunya.

Jauh hari, jauh bulan, jauh tahun aku menjalin pertemanan dengannya. Tidak ada hentinya ia mengingatkan untuk memasang selembar kain ini di kepalaku. Bukan berarti apa-apa, hal ini benar-benar merubah kehidupanku. Keteduhan yang tidak pernah kurasakan lagi, ada pada si ketua. Ketika aku malas mengenakannya, ia rajin mengingatkan bahwa selembar kain di kepalaku ini sangat berharga bagi yang ada di dunia, bagi orangtuaku, bagi saudaraku, bagi akhirat nanti.

Dalam hal ini tidak ada perbandingan antara materi apa yang pernah ia berikan padaku atau materi apa yang pernah kuberikan kepadanya. Selembar kain ini cukup memberi jawaban bahwa itu adalah alasan besar untukku membantunya. Karena ia tidak memberikan materi, melainkan sesuatu yang tidak bisa ditukar dengan materi. Sekeras apapun aku membantunya toh tidak mampu mengimbangi apa yang ia katakan kepadaku. Alasan ketiga adalah aku tahu ia seorang muslim. Untuk itu aku membantunya.

Menolong tentu semampunya. Jika aku punya materi yang sedikit lebih, aku akan membantunya. Mungkin dengan membantunya, akan menghindarkanku dari pemborosan uang untuk hal negatif atau maksiat yang bisa mengakibatkan sombong dalam diriku. Menolong dengan mendoakannya justru membuatku sedikit lebih dekat dengan Sang Pencipta. Tanpa ada hal ini, aku jauh dari Yang Maha Kuasa. Aku tak pernah sering meminta seperti sekarang ini.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook