Beasiswa

Agustus 25, 2012

Naiknya inflasi biaya pendidikan setiap tahun membuat para orangtua dengan penghasilan pas-pasan seperti orangtua tunggal saya menghela nafas panjang. Bagaimana tidak? Pasca wafatnya ayahanda tercinta membuat keadaan ekonomi keluarga agak guncang. Dengan berbagai upaya, kami harus mengencangkan ikat pinggang.

Saya masih harus menyelesaikan sisa 2 tahun masa pendidikan saya. Belum selesai, adik laki-laki saya menyusul menjalani masa pendidikan tinggi. Maka keluarga kami haruslah menjadi keluarga kuat dan saling menopang satu sama lain.

Persoalan dana memang menjadi setitik debu yang ketika masuk ke dalam mata akan membuat mata kelilipan. Jika diibaratkan debu ini masuk ke mata seorang pengendara kendaraan. Maka bila pengendara mampu menjaga kestabilan kemampuan berkendaranya, maka ia selamat. Bila ia tidak cekatan mengubah pola berkendaranya, maka ia bisa oleng sekejap.

Salah satu usaha yang bisa dilakukan mahasiswa seperti saya, tentu mencari berbagai informasi beasiswa yang mungkin bisa didapat. Terlebih jika beasiswa ini benar-benar mampu meringankan beban orangtua. Saya melakukan pola penyelamatan keuangan yang sama seperti halnya mahasiswa lain. Baik itu beasiswa tanpa wawancara maupun tidak.

Saya mendaftarkan diri saya ke banyak macam beasiswa. Mayoritas menggunakan wawancara sebagai tahap filterisasi terhadap kandidat yang pantas. Ketika saya masuk dalam proses itu, banyak hal yang terlintas di pikiran saya. Wawancara adalah salah satu metode yang sangat tepat bagi penyokong dana untuk mengetahui detail personal calon penerima beasiswa. Di proses inilah, maka penyokong dana mampu menyeleksi peserta sesuai dengan kriteria yang mereka pasang. Dari situ, banyak hal pula yang dilakukan oleh calon penerima. Mulai dari segi pencantuman gaji yang diterima orangtua, sampai detail keadaan keluarga. Pertanyaan yang diberikan tentu macam-macam sesuai dengan kebutuhan.

Siapapun berhak memperjuangkan beasiswa, atas dasar niat apapun. Tapi, niat yang paling mendasar yang patut untuk dijadikan pegangan, tentu niat untuk meringankan beban orangtua. Ketika niat sudah berbelok untuk membeli gadget terbaru, pindah kos mewah yang lebih menjurus ke arah hedonisme, dan hal-hal yang memiliki similaritas terhadap itu, maka lebih baik niat itu diluruskan kembali. Saya sendiri pernah mengalami masa-masa itu. Dan saya sangat menyesali hal itu. Akibatnya, Alloh tidak meridhoi saya untuk mendapatkan beasiswa **A UGM.

Selanjutnya, ketika saya melihat banyak manipulasi data yang dilakukan oleh calon penerima, hal itu membuat saya miris. Di sekitar saya banyak mahasiswa yang seharusnya mendapatkan haknya dalam menerima beasiswa, namun tidak mendapatkannya. Dari situ, saya tidak ingin melakukan manipulasi data. Seorang kakak jauh di Jakarta sana, selalu berpesan bahwa kejujuran adalah harga mutlak bagi kita untuk mendapatkan barokah dan ridho Alloh. Kalau beliau sudah menceramahi saya seperti itu, saya cukup diam. Rejeki yang barokah, bisa didapat di manapun. Dan beliau berpesan bahwa kalau memang itu rejeki yang pantas saya dapatkan, dengan alasan apapun, maka akan saya dapatkan. Saya tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan. Dan memang benar, ketika mendapatkan sesuatu dari hasil kejujuran, maka perasaan akan tentram tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Kini, saya menikmati segala bentuk proses pencapaian. Setelah faktanya, saya tidak bisa meraih beasiswa **A UGM tersebut. Mulai dari proses penghematan dan manajemen keuangan yang saya lakukan. Orang-orang tidak percaya ketika saya hanya menghabiskan kurang dari Rp 500.000 untuk konsumsi dan keperluan lainnya dalam sebulan. Seorang pewawancara beasiswa KSE dari pusat pun tidak percaya ketika saya utarakan hal itu. Tetapi itu fakta, dan Alhamdulillah saya bisa melakukannya dan saya masih sehat sampai sekarang. Alhamdulillah tanpa kekurangan suatu apapun. Kalau teman-teman saya yang lain bisa melakukan, saya pun harus bisa. Kemudian, sedikit demi sedikit rajin menggali potensi diri. Dan Alhamdulillah walau belum mendapatkan prestasi apa-apa, tetapi mungkin ini jalan yang Alloh sajikan bagi saya. Mungkin dengan jalan ini, Alloh ingin mendidik saya.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook