Peringatan Hari
Air Sedunia 2013 yang diperingati pada 22 Maret lalu meninggalkan kesan bahwa
kepedulian tentang penghapusan privatisasi air publik dan pencegahan pencemaran
air tidak akan terhapus oleh berjalannya waktu. Kepedulian Mahasiswa Teknik
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM terhadap konservasi air ditunjukkan
dari serangkaian acara yang dilaksanakan oleh kerjasama dosen dan mahasiswa. 22
Maret 2013 diperingati dengan Aksi Damai serta Long March dari FTP UGM sampai ke Bunderan UGM.
Perubahan
Iklim, pemanasan global dan pergeseran muka bumi akibat pengaruh geologi
berdampak pada kenaikan suhu permukaan bumi yang mengakibatkan kemarau panjang
di sejumlah daerah di Indonesia. Salah satu akibat dari kemarau panjang
tersebut adalah krisis air. Dewasa kini, masyarakat sulit mengatasi krisis air
tersebut dimana tiap tahunnya jumlah daerah yang mengalami krisis air semakin
meningkat. Selain itu banyak mata air yang rusak akibat penyempitan luas lahan
oleh penebangan liar dan pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk, sentra
pertokoan yang tidak terkontrol. Penyebab kerusakan mata air selanjutnya adalah
akibat pencemaran limbah industri di dekat mata air ataupun sungai.
Dalam aksi
damai tersebut, mahasiswa Teknik Pertanian UGM memberikan wacana agar pemerintah
berlaku bijak mengelola sumber daya air bersama dengan stakeholder yang lain. Di samping itu PERMATETA (Perhimpunan
Mahasiswa Teknik Pertanian) memberikan usulan kepada perusahaan untuk bijak
mengelola limbah agar tidak mencemari sumber mata air. Pengolahan air limbah
hendaknya diperhatikan untuk menghindari pencemaran air baik untuk konsumsi
publik maupun untuk kepentingan pertanian yang dalam hal ini adalah kebutuhan
air irigasi. Dalam hal privatisasi air publik, PERMATETA menghimbau agar
pemerintah turut serta dalam pengelolaan sumber daya air dan membatasi
eksploitasi sumberdaya air oleh perusahaan asing terhadap mata air. Hendaknya
pemerintah juga memberlakukan regulasi mengenai kewajiban perusahaan untuk
membatasi eksploitasi serta usaha konservasi air di sekitar lingkungan
perusahaan.
Tidak berhenti
di sini, melalui kerjasama Dinas PUP-ESDM, Pemda Bantul, FTP UGM secara global
menyelenggarakan Gerakan Irigasi Bersih di Bendung Tegal, Kebonagung, Imogiri,
Kabupaten Bantul pada 26 Maret 2013 lalu. Gerakan Irigasi Bersih ini diikuti
oleh beberapa perwakilan dari lembaga semi otonom di FTP UGM. Gerakan Irigasi
Bersih menjadi salah satu gerakan riil dalam mewujudkan konservasi air.
Kebersihan air yang digunakan untuk irigasi pertanian perlu ditingkatkan. Pencemaran
limbah rumah tangga dan industri rumah tangga hendaknya diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran air. Adapun limbah organik dari rumah tangga akan
mencemari sungai yang airnya akan digunakan sebagai irigasi. Produktivitas
pertanian akan menurun jika pencemaran terus terjadi. Oleh karena itu, melalui
Gerakan Irigasi Bersih akan membantu menyadarkan masyarakat dan belajar
berkomitmen untuk menjaga saluran air di sekitar lingkungannya.
Komitmen
PERMATETA tidak ingin berhenti sampai di sini saja. Aksi Damai yang sudah
dilakukan rutin 2 tahun terakhir ini ingin kembali dilakukan tahun berikutnya
pada tanggal yang sama. Gerakan Irigasi Bersih ingin menjadi komitmen
selanjutnya agar di daerah manapun sedikit demi sedikit melakukan konservasi
air. Permasalahan pelik tentang konservasi air di sekitar Yogyakarta menggugah
hati PERMATETA untuk melakukan perubahan. Daerah krisis air hingga saat ini
masih melanda sebagian besar daerah di Yogyakarta. Banyak sumber mata air yang
mengalami gangguan sehingga perlu dicarikan solusi. Salah satunya adalah
permasalahan sumber air yang rusak pasca erupsi Merapi 26 Oktober 2011 lalu. Di
sekitar puncak Merapi, sumber mata air sulit dikelola. Kurangnya SDM dan dana
membuat warganya sulit mengakses air. Dalam beberapa waktu banyak daerah yang
ditinggalkan akibat permasalahan air ini. Tanpa air, mereka tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari, aktivitas pertanian yang menjadi keterampilan
utama mereka, serta peternakan. Berangkat dari permasalahan ini, PERMATETA
ingin menggalang dana untuk mewujudkan instalasi air di salah satu daerah
krisis air di lereng Merapi ini.
Program yang
ingin kami wujudkan adalah TETAVARIUM (Teknik Pertanian Various of Music).
Melalui pentas musik ini, PERMATETA ingin mensosialisasikan kepada masyarakat
luas bahwa tanpa kita sadari saudara kita di dekat Merapi mengalami kesulitan
akses untuk air, mereka membutuhkan bantuan untuk mewujudkan instalasi air di
daerahnya. Selain itu, PERMATETA ingin mewujudkan hal ini bersama masyarakat
umum. PERMATETA mengajak masyarakat umum untuk bersama menghimpun dana bagi
terwujudnya daerah tanpa krisis air di Yogyakarta pada umumnya, dan di daerah
Merapi pada khususnya. PERMATETA melalui TETAVARIUM ini mengajak masyarakat
untuk peduli air kini dan nanti. Mari ikuti perkembangan program kami di
@TETAVARIUM dan http://permateta.tp.ugm.ac.id