Langkah Mungil untuk Hari Air Sedunia 2013 PERMATETA

April 20, 2013




Peringatan Hari Air Sedunia 2013 yang diperingati pada 22 Maret lalu meninggalkan kesan bahwa kepedulian tentang penghapusan privatisasi air publik dan pencegahan pencemaran air tidak akan terhapus oleh berjalannya waktu. Kepedulian Mahasiswa Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM terhadap konservasi air ditunjukkan dari serangkaian acara yang dilaksanakan oleh kerjasama dosen dan mahasiswa. 22 Maret 2013 diperingati dengan Aksi Damai serta Long March dari FTP UGM sampai ke Bunderan UGM.

Perubahan Iklim, pemanasan global dan pergeseran muka bumi akibat pengaruh geologi berdampak pada kenaikan suhu permukaan bumi yang mengakibatkan kemarau panjang di sejumlah daerah di Indonesia. Salah satu akibat dari kemarau panjang tersebut adalah krisis air. Dewasa kini, masyarakat sulit mengatasi krisis air tersebut dimana tiap tahunnya jumlah daerah yang mengalami krisis air semakin meningkat. Selain itu banyak mata air yang rusak akibat penyempitan luas lahan oleh penebangan liar dan pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk, sentra pertokoan yang tidak terkontrol. Penyebab kerusakan mata air selanjutnya adalah akibat pencemaran limbah industri di dekat mata air ataupun sungai.

Dalam aksi damai tersebut, mahasiswa Teknik Pertanian UGM memberikan wacana agar pemerintah berlaku bijak mengelola sumber daya air bersama dengan stakeholder yang lain. Di samping itu PERMATETA (Perhimpunan Mahasiswa Teknik Pertanian) memberikan usulan kepada perusahaan untuk bijak mengelola limbah agar tidak mencemari sumber mata air. Pengolahan air limbah hendaknya diperhatikan untuk menghindari pencemaran air baik untuk konsumsi publik maupun untuk kepentingan pertanian yang dalam hal ini adalah kebutuhan air irigasi. Dalam hal privatisasi air publik, PERMATETA menghimbau agar pemerintah turut serta dalam pengelolaan sumber daya air dan membatasi eksploitasi sumberdaya air oleh perusahaan asing terhadap mata air. Hendaknya pemerintah juga memberlakukan regulasi mengenai kewajiban perusahaan untuk membatasi eksploitasi serta usaha konservasi air di sekitar lingkungan perusahaan.

Tidak berhenti di sini, melalui kerjasama Dinas PUP-ESDM, Pemda Bantul, FTP UGM secara global menyelenggarakan Gerakan Irigasi Bersih di Bendung Tegal, Kebonagung, Imogiri, Kabupaten Bantul pada 26 Maret 2013 lalu. Gerakan Irigasi Bersih ini diikuti oleh beberapa perwakilan dari lembaga semi otonom di FTP UGM. Gerakan Irigasi Bersih menjadi salah satu gerakan riil dalam mewujudkan konservasi air. Kebersihan air yang digunakan untuk irigasi pertanian perlu ditingkatkan. Pencemaran limbah rumah tangga dan industri rumah tangga hendaknya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air. Adapun limbah organik dari rumah tangga akan mencemari sungai yang airnya akan digunakan sebagai irigasi. Produktivitas pertanian akan menurun jika pencemaran terus terjadi. Oleh karena itu, melalui Gerakan Irigasi Bersih akan membantu menyadarkan masyarakat dan belajar berkomitmen untuk menjaga saluran air di sekitar lingkungannya.

Komitmen PERMATETA tidak ingin berhenti sampai di sini saja. Aksi Damai yang sudah dilakukan rutin 2 tahun terakhir ini ingin kembali dilakukan tahun berikutnya pada tanggal yang sama. Gerakan Irigasi Bersih ingin menjadi komitmen selanjutnya agar di daerah manapun sedikit demi sedikit melakukan konservasi air. Permasalahan pelik tentang konservasi air di sekitar Yogyakarta menggugah hati PERMATETA untuk melakukan perubahan. Daerah krisis air hingga saat ini masih melanda sebagian besar daerah di Yogyakarta. Banyak sumber mata air yang mengalami gangguan sehingga perlu dicarikan solusi. Salah satunya adalah permasalahan sumber air yang rusak pasca erupsi Merapi 26 Oktober 2011 lalu. Di sekitar puncak Merapi, sumber mata air sulit dikelola. Kurangnya SDM dan dana membuat warganya sulit mengakses air. Dalam beberapa waktu banyak daerah yang ditinggalkan akibat permasalahan air ini. Tanpa air, mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, aktivitas pertanian yang menjadi keterampilan utama mereka, serta peternakan. Berangkat dari permasalahan ini, PERMATETA ingin menggalang dana untuk mewujudkan instalasi air di salah satu daerah krisis air di lereng Merapi ini.

Program yang ingin kami wujudkan adalah TETAVARIUM (Teknik Pertanian Various of Music). Melalui pentas musik ini, PERMATETA ingin mensosialisasikan kepada masyarakat luas bahwa tanpa kita sadari saudara kita di dekat Merapi mengalami kesulitan akses untuk air, mereka membutuhkan bantuan untuk mewujudkan instalasi air di daerahnya. Selain itu, PERMATETA ingin mewujudkan hal ini bersama masyarakat umum. PERMATETA mengajak masyarakat umum untuk bersama menghimpun dana bagi terwujudnya daerah tanpa krisis air di Yogyakarta pada umumnya, dan di daerah Merapi pada khususnya. PERMATETA melalui TETAVARIUM ini mengajak masyarakat untuk peduli air kini dan nanti. Mari ikuti perkembangan program kami di @TETAVARIUM dan http://permateta.tp.ugm.ac.id
(8 April 2013 : Bin)


You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook