Kasih Ibu pada Pasar Kembang dan Dolly 22/12

Desember 22, 2017

Selamat merayakan hari ibu wahai wanita se-Indonesia. Selamat merayakan hari ibu juga buat semua wanita mulai dari ibu rumah tangga, ibu berkarier, ibu guru, ibu perawat, ibu segala profesi di Indonesia.




Kemarin di timeline lagi hitz banget pada posting hari ibu, saya justru terpaku pada postingan ulama yang adem ini. Saya tiba-tiba jadi inget peran-peran ibu di keluarganya. Di bayangan saya sosok ibu yang sangat dihargai, pantas diselamati setiap tanggal 22 Desember adalah sosok-sosok ibu yang memperjuangkan idealisme masing-masing untuk jadi pengayom dalam rumah tangga, pendidik bagi anak-anaknya, pendukung setia suaminya, serta support system terbaik di tim kerja jika memang merangkap sebagai wanita karier. Penghargaan yang besar patut diberikan pada golongan wanita seperti itu karena mereka lah cerminan pejuang-pejuang wanita yang di tahun 1928 memperjuangkan pergerakan demi kemerdekaan Indonesia.


Golongan wanita yang satu ini sering terlupa dalam benak pikiran, dikucilkan, dipinggirkan, dianggap sampah masyarakat dan tentu dilecehkan tidak hanya di mata laki-laki, juga di mata wanita. Di pikiran banyak orang, mereka bukan cerminan pejuang wanita tahun 1928 seperti yang saya sebutkan tadi. Kalau mereka selama ini dilecehkan, kenapa mendadak jadi kontradiksi dengan pesan dari Gus Mus? Apa iya mereka dikecualikan sebagai golongan ibumu, ibu kita.


Mereka tinggal di kompleks Pasar Kembang dan Gang Dolly sebagai wanita yang punya idealisme sendiri. Mereka wanita, ibu, nenek yang berjuang mencari penghidupannya tanpa bergantung pada kita untuk menghidupi keluarganya. Mereka punya suami, anak, cucu yang mana mereka pun punya keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya meski cara yang dilakukannya kurang pas, meski hasil yang didapatkan tidak sebanyak yang kita peroleh di kantor Bu Ibu, meski hasilnya tidak sebanyak yang ditransfer oleh suami kita Bu Ibu. Mereka juga beli makan, beli pakaian, menyekolahkan anak-anaknya dengan harapan anaknya mampu mengubah kehidupan keluarganya meski kadang kenyataan tak sesuai dengan harapan.

Kalau dikembalikan lagi ke pesan Gus Mus, saya memberikan penghargaan besar pada mbak-mbak Sarkem--Dolly yang telah berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, bagi komunitas terkecil dalam masyarakat meski rintangan selalu menghalangi idealisme sebagai wanita, sebagai ibu. Kita tidak pernah tahu bahwa mereka adalah golongan orang yang terlanjur nyemplung ke jalan yang tidak semestinya. Kita tidak pernah tahu bahwa sebagian dari mereka mungkin pernah berpikir untuk pergi mencari pekerjaan lain tapi tidak ada yang bisa membantu dan membimbing mereka. Kita tidak pernah tahu bahwa ketika mereka kecil dan sedang polos-polosnya, sebenarnya mereka punya mimpi untuk jadi profesi selain menjajakan diri tapi dunia terlanjur melabeli hitam golongan mereka serta keturunannya. Kita tidak pernah tahu bahwa mungkin dari mereka ada yang iri memandang kita bisa bekerja di kantor, bisa berdagang barang jasa halal, tapi mereka sudah over-pesimis dengan label yang berikan bahwa mereka hina, bahkan ada yang jahat melabeli mereka sebagai golongan calon penghuni neraka.

Kita tidak pernah tahu, bahwa mungkin ada dari mereka yang bangun di sepertiga malam akhir untuk memohon ampun, meminta pertolongan pada Tuhannya, namun nyatanya tidak ada yang mau membantu justru menghina, mengucilkan. Tak pernah saya lihat, golongan orang-orang yang mengaku alim ketika bertemu dengan golongan mereka akan merangkul, memanusiakan mereka, berbagi kasih, justru menghindar dengan dalih 'berkumpullah dengan orang sholeh' atau 'bertemanlah dengan pedagang wewangian bukan arang agar ikut wangi, bukan bau jelaga'. Pedagang arang pun sesekali ingin wangi. Label sebagai pedagang arang yang kemudian membuat mereka over-pesimis hanya akan membuat mereka apatis untuk mau berubah karena kita tidak menerima mereka dengan tulus, kita tidak sabar membimbingnya.

Saya sulit membayangkan jika posisi saya ada di posisi mereka. Terlahir sebagai anak kolong Pasar Kembang dan Dolly. Jiwa yang tadinya suci terpaksa terus ternoda karena label masyarakat di luar, rongrongan laki-laki yang terus melecehkan, bukannya memberi semangat untuk berubah membuat saya akhirnya hanya akan over-pesimis. Kemudian berakhir pada apatis akan perubahan positif karena label yang kuat dan jahat dari golongan orang-orang beriman dan bertakwa. Seakan-akan pintu surga, pintu kebaikan, pintu menuju rejeki halal hanya terbuka bagi yang ditakdirkan lahir di luar Pasar Kembang dan Dolly. Ya, mungkin ketika saya dilahirkan di golongan mereka, saya mungkin tidak kuat mental. Ingin berubah, tapi masyarakat tidak menerima, justru terus melecehkan. Bisa mati bunuh diri karena penolakan itu, merasa diri tidak berguna karena sudah dilabeli sampah masyarakat.

Kendati mereka adalah golongan wanita-wanita terpinggirkan, mereka adalah wanita, perempuan, golongan ibu seperti yang dibilang Gus Mus. Tahun 1928, kongres wanita diadakan untuk menghimpun semua wanita dari segala profesi untuk mendorong kemerdekaan atas segala akses terhadap kesejahteraan, hak asasi manusia, pendidikan, kesehatan, berpolitik setara dengan laki-laki. Seyogyanya peringatan Hari ibu ini tentu melibatkan semua golongan wanita apapun profesinya. Kongres diadakan bagi wanita-wanita untuk saling mendukung, mengangkat derajat wanita, memberi kekuatan untuk berubah ke arah yang lebih positif tanpa memandang golongan profesi, agama, usia, suku, dan lain-lain. Seharusnya nilai-nilai yang ditanamkan pada kongres itu bisa diteruskan di jaman sekarang bahwa sesama wanita wajib saling mendukung untuk perubahan positif, bukan saling mencela, men-judge bahwa golongan A tidak lebih baik dari golongan B, golongan bervaksin lebih baik dari golongan yang tidak, golongan direct-breastfeeding lebih baik dari susu formula. Seharusnya laki-laki mengangkat derajatnya dengan tetap memanusiakan mereka ketika mereka benar-benar mau untuk berubah. Terakhir, tidak ada yang bisa menjamin bahwa laki-laki dan wanita di luar Pasar Kembang dan Dolly secara manusiawi lebih manusia dibanding di lingkungan itu. Mereka juga ibu, dan calon ibu untuk generasi mendatang.

Selamat Hari Ibu wanita Pasar Kembang dan Dolly.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook