Selamat Hari Ibu (Coret) : Tentang Mantan Majikanku, Kasieku Kini dan Founder Institut Ibu Professional

Desember 28, 2018


Udah lewat dari tanggal 22 Desember tapi tiba-tiba pagi ini kepikiran pengalaman mengenai kewanitaan di beberapa tahun belakangan ini. Sebelumnya Gusti Pangeran luar biasa udah nuntun sampe sejauh ini, dipertemukan dengan orang-orang yang mengademkan hatiku. Ya, 3 orang di atas jadi topik pergunjingan pagi ini karena entah tiba-tiba ga kuat bapernya. Apa faktor umur ya hehehe.


Mantan Majikan


Mantan majikanku ini adalah seorang dosen yang di mataku berpengaruh besar di tumbuhnya mahasiswa berprestasi jebolan departemen Teknik Kimia di salah satu universitas negeri ternama di Jogja. (Etok etok ra weruh wae univ e opo ya hehe). Beliau sangat baik reputasinya bahkan sempat masuk dalam Online media Business Insider Netherlands regional yang menerbitkan sebuah artikel pada 21 Juni 2018 yang berjudul The 39 Powerful Female Engineers of 2018 dimana menceritakan peran 39 insinyur wanita cieeerr yang mengembangkan teknologi untuk kebermanfaatan di masyarakat. Terlepas dari kiprah beliau yang tidak diragukan lagi dalam manajemen riset dan pengabdian masyarakat, beliau termasuk person inspiratif di bidang pendidikan di mata saya. Ngga heran kalo beliau juga dianugerahi sebagai pendidik humanis. Lhah elu kan ga diajar sama beliau Bon. Hehehe iya sih tapi banyak banget cerita dari mahasiswa beliau tentang bagaimana beliau ngajar.

Gaya ngajar beliau kadang anti mainstream. Pernah beliau mendokumentasikan style beliau dalam ngajar dengan game Who Wants to be Millionaire wkwkwk. Biasanya sih dosen ngelempar pertanyaan langsung aja kan dijawab sama mahasiswanya. Beliau ga mau dong haha. Pas beliau lempar cinta eh pertanyaan, si mahasiswa punya 3 opsi untuk call a friend, 50:50 khusus jawaban opsi, ask the audience. Konyol sih kalo mahasiswa yang cumlaude jadi bulanan yang ambil bantuan call a friend wkwkwk.
Suatu ketika mantan majikan saya itu bisa keras sama anak didiknya. Di lain waktu beliau bisa cair lumer banget sama anak didiknya. Bahkan, sesekali ngadain event, beliau bisa menempatkan posisi sebagai submissive sewaktu mahasiswanya yang jadi leader di project tertentu. Ya kalo dominan ketemu dominan jadi pecah Kan ya teamworknya.

The more I know her, the more I adore her. Beliau bukan tipikal dosen yang mengkotak-kotakkan potensi mahasiswa. Beliau juga bukan dosen yang pemilih untuk menerima bimbingan dari mahasiswa IPK dewa. Siapapun bebas memilih beliau jadi dosen pembimbing dengan konsekuensi komitmen yang ngga main-main untuk pekerjaan yang berani mahasiswa ambil. Beliau bisa ngemong mahasiswa dengan potensinya masing-masing. Untuk standard penelitian memang beliau punya poin indikator sendiri tentu dengan karakteristik bakat masing-masing mahasiswanya. Setiap mahasiswa pasti punya batas IQ masing-masing, tapi bakat bisa diarahkan oleh beliau untuk bisa cemerlang di jalannya. Beberapa mahasiswa unggul di bidang permodelan, beberapa mahasiswa unggul di bidang pencitraan eh branding dari produk inovatif yang dihasilkan, beberapa unggul di analisis teknis dan lebih banyak lagi.
Don't know why, beliau punya sihir magis mengubah batu untuk dipoles jadi batu mulia yang ngga murahan. Dan ketika aku pernah denger dari almamaterku kalo ada dosen yang pemilih untuk menerima mahasiswa yang IPK dewa-dewa aja, it breaks my heart. Mungkin faktor dosen tipikal ini belum pernah melihara kucing macam mantan majikanku kali ya. Bahkan kucing aja punya karakter dan keunikan masing-masing lho.


Kasie Inkubasiku
Saat ini aku bekerja di bagian inkubasi dari sebuah institusi. Udah setaun kerja disini dan banyak banget yang bisa diambil hikmahnya ketimbang sekedar mengambil gajinya aja. Sok sokan alim.
Untuk beberapa orang termasuk orang tuaku ga paham anaknya kerja apaan hehehe. Inkubasi adalah proses pemeraman dari bahan mentah untuk diproses hingga menjadi produk yang siap santap layaknya fermentasi yogurt. Kalo yogurt yang diinkubasi adalah bakterinya karena bakteri ini memiliki peran penting untuk dia bisa tumbuh dan memecah ikatan kimia susu menjadi produk yang bisa dinikmati dengan cara dan nutrisi yang berbeda dari bahan awal. Ya kurang lebih kerjaanku kayak gitu. Membantu proses fermentasi bahan yang berupa riset untuk dicocoklogikan dengan kebutuhan pasar apakah bisa masuk dan ketika dikomersialkan bakal diterima atau engga.
Kasie ku termasuk orang yang inspiratif mengingat background keahliannya dulu lebih ke arah riset kualitatif dan project management. Hingga akhirnya bisa masuk ke sebuah inkubator itu yang belum sempat kutanyakan sejarahnya. Gawean e akeh cuy, sampe ra sempet curhat-curhat. Haha. Beliau menginspirasiku dalam hal bekerja dan balance untuk mengurus rumah except tentang memasak. Sama halnya dengan mantan majikanku, beliau memperlakukan setiap obyek yang kami inkubasi sesuai dengan karakteristik dan keunikan masing-masing. Di saat unit kerja lain terkait dengan riset dan pengabdian masyarakat memiliki SOP yang teratur dan sungguh saklek, kami tidak bisa memberlakukan hal yang sama untuk obyek-obyek yang kami inkubasi. Setiap produk bahkan di klaster yang sama bisa punya keunikan masing-masing. Kalau mau goal untuk bisa mengkomersialkan semua produk, ngga bisa diterapkan timeline yang sama, industri pengadopsi produk yang sama, bahkan sebetulnya soal budgetingnya pun ngga bisa disamain. Well ya, masing-masing punya kebutuhan khusus yang ga bisa digeneralisir. Belum soal ngemong tim-tim yang mengusung produk-produk yang berbeda itu. Meski kerjaan begitu buanyak dan memaksa untuk lembur sampe malem ketika weekday, beliau masih nyempetin untuk punya quality time dengan anak-anak. When it comes to weekend and quality time, we respect each other to not disturb about werk werk werk....

Kita sebagai manusia biasa ngga mungkin bisa ngerjain semua pekerjaan dengan tangan kita. Yakinilah bahwa wanita yang kiprah di ranah publiknya banyak pun juga mengalokasikan sejumlah budget rewang untuk membantu pekerjaan domestik. Kadang suka gagal paham sama sesesuami yang ngga bisa support istri untuk fleksibel dalam mengurus rumah tangga tapi nuntut apa-apa harus perfect dan ditambah istri harus bekerja untuk membantu keuangan sesesuami. We're all ordinary human. Kabeh-kabeh ditandangi dhewe iso pecah ndas e Pak. Biasa-biasa saja lah dalam mengelola rumah tangga. Itulah mengapa ku kagum dengan Pak suami yang mendukung kasieku secara berimbang. Kadang Pak suami yang menggantikan peran untuk tinggal dan ngajak main anaknya. Ya karena bikinnya berdua, otomatis gantian ngasuhnya.

Beliau adalah sosok yang sangat supportif untuk urusan keluarga. When it comes to family, gaweanku tak oper ke yang lain biar kerjaan beres, keluarga beres. Haha. Entah mungkin karena di kantor ini suasana kekeluargaannya jauh lebih terasa. Bukan hanya saling peduli dengan keluarga dan anak masing-masing, bahkan mereka peduli dengan anak kucingku hahaha. Temen-temen juga mendukung kalo ku harus mutasi ketika saatnya tiba nanti untuk membangun keluarga. Tahun-tahun pertama membangun keluarga adalah tahun berat untuk saling adaptasi dan penyesuaian bukan. Pesan yang paling kuingat dari beliau adalah, sehebat-hebatnya kiprah wanita di luar, tetep ridho suami itu yang dikejar. Kalo suami bilang No untuk hal kebaikan, ya harus dituruti karena ialah pintu surga utama.



Septi Peni W - Founder Institut Ibu Professional
Image result for ibu profesional
Sumber : www.ibuprofesional.com

Beliau adalah mama of 2018 bagiku hahaha. Pasalnya, menjelang usia baper untuk bereproduksi secara halal dan menghasilkan keturunan, masih banyak hal yang ingin kupelajari terutama bab pengasuhan anak. Ya, kekhawatiran untuk menikah dan mengasuh anak sebenernya udah mulai tumbuh ketika usia 24-an. Jjiiaaaa ketauan deh umurku sekarang berapa. Pada waktu itu sebut saja Mas B (Botak) cerita tentang artikel pengasuhan homeschooling ala Bu Septi dari Salatiga. Bukan berarti wajib home schooling untuk mengasuh anak nanti, tapi paling tidak cara mengasuh anak yang diterapkan oleh Bu Septi cukup unik menurutku saat itu.

Konsep A Home Team yang diterapkan oleh Bu Septi jujur asik banget. Bagi beliau, penting bahwa keluarga dimulai dari orang tua kemudian ditularkan ke anak untuk punya visi misi keluarga yang spesifik dan beda dengan keluarga yang lain. Dengan visi misi yang diusung oleh 1 keluarga, maka kurikulum yang diterapkan pada anak akan terbentuk secara spesifik.
Saat itu dicontohkan kalau masing-masing anak dari Bu Septi punya passion masing-masing. Di usia dimana mereka sudah mulai mengerti konsep bertanggungjawab, maka saat itu masing-masing anak distimulasi untuk memiliki project masing-masing. Teknisnya setiap seminggu sekali mereka melakukan presentasi setelah makan malam di hadapan ayah ibunya. Mereka juga dibebaskan untuk mengkaji dan menggali ilmu langsung dari narasumber yang menguasai bidangnya tanpa perlu sekolah formal.

Yang paling saya inget, project anak kedua adalah mengkaji tentang peternakan sapi perah. Ia distimulasi untuk melakukan riset mengenai apapun tentang peternakan sapi yang bisa memicu dia untuk memiliki peternakan sapi sendiri. Anak bungsu punya passion di bidang IT, ia pun distimulasi untuk punya project dan ikut kompetisi IT internasional sejak dini. Komitmen Bu Septi tak lepas dari dukungan dan didikan Pak Dodik selaku suaminya. Sejak beliau mengajak Bu Septi untuk menikah, menjadi ibu rumah tangga pasca melepas SK PNSnya, banyak ide-ide yang akhirnya terwujud bersama. Baper Bon? Iya lah. Secara udah punya anak kucing tapi belum nemu bapaknya ini eeeee.

Waktu berlalu begitu saja sejak usia 24an kala itu. Hingga akhirnya tahun ini 2018, berbuah keisengan akhirnya bisa join di matrikulasi kuliah online Institut Ibu Professional. Aku menyesal. Aku nyesel kenapa ga buruan ikut sejak umur 24an setelah dikasih sekelumit info dari Mas Botak. Nasi sudah menjadi bubur, tinggal tambahin kaldu kuning plus lada dan kucai. Mau joinnya tahun 2016an, mau tahun ini, menurutku dampaknya lebih kerasa tahun ini karena memang di kondisi siap untuk nerima masukan wawasan baru.

Prinsip yang Bu Septi tanamkan adalah siapapun wanita yang berkiprah dominan di ranah domestik maupun publik punya kesempatan yang sama untuk punya dampak positif bagi masyarakat asalkan tidak meninggalkan kewajiban utama untuk mengurus keluarga dan seijin suami. Hal itu yang terus-terusan jadi pesan di berbagai kesempatan materi maupun nugas. Di komunitas ini adem banget, semua kalangan dari berbagai profesi, latar belakang pendidikan, bahkan lajang, berkeluarga maupun single parent bisa ngumpul jadi satu tanpa ada perbedaan. Akhirnya, nemu komunitas yang ngga saling ngejudge, justru dapet komunitas yang saling dukung, saling bantu di sini. Nilai yang ditanamkan bahwa kemuliaan anak bukan dinilai dari materi yang akan didapatkannya nanti, melainkan keprofessionalan dari hasil menggali bakatnya terlebih jika bakatnya mampu memberikan manfaat untuk sekitar itulah yang lama-lama bikin adem. Masing-masing anak bakal punya perannya masing-masing di lingkungannya dan ngga mungkin bakal bisa dibandingkan satu dengan yang lain karena mereka unik. Ku mulai insecure lihat mompetition di luar, di kalangan temen-temen kantor dan circlenya. Hehehe. Makasih Mas Botak sudah mengantarkanku secara ngga langsung ke komunitas ini.



Yogyakarta, 28 Desember 2018
Sambil ngantre teller Bank BRI Cik Di Ti
ro

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook