Enough is Enough : Rumah Tangga eh Rumah Tumbuh

Juli 22, 2018

Pertemuan dengan Kang Yu Sing


Sejak diracuni tiny house 2 tahun lalu, sebuah hunian mini yang dibuat dari material bekas, perjalanan saya memahami konteks hunian ideal akhirnya terbawa ke pemahaman seorang arsitek yang peduli lingkungan, sebut saja Yu Sing. Beliau seorang arsitek yang peduli keseimbamban alam, membuka pandangan tentang konsep rumah sederhana sesuai kebutuhan, konsep sederhana dalam memaknai hidup, less is more. Awal saya mengetahui profil beliau dari sebuah postingan Klinik Kopi sebuah kafe berbasis kopi di Jalan Kaliurang yang pengerjaan desain bangunan kafenya dirancang oleh tim arsitek Akanoma, studio yang dibangun Kang Yu Sing ketika beliau mulai menemukan idealisme untuk mengkolaborasikan alam dengan hunian termasuk untuk gaya hidup.
Tidak disangka tidak dinyana tahun 2018 diberi kesempatan Allah melalui tangan seseorang yang baik hati beliin tiket mini seminar di Klinik Kopi untuk bahas rumah tumbuh.

Awal cerita idealisme mengkombinasikan konsep alam dengan hunian berangkat dari pengalaman tinggal di ibukota negara yang penuh sesak, harga properti yang kian membumbung tinggi, gap yang terlalu jauh antara kaum dompet tebal dan kaum dompet tivis, isu menipisnya kawasan hutan, lahan terbuka yang memicu bencana alam terjadi akhir-akhir ini. Kang Yu Sing bercerita tentang kenaikan populasi manusia yang kadang sulit dikontrol sehingga mempengaruhi pengurangan lahan terbuka&hutan untuk keperluan sbg lahan agrikultur. Kemudian fungsi lahan agrikultur menipis dikarenakan dialihfungsikan untuk lahan properti ditambah dengan iming-iming harganya yang mudah naik seperti yang dialami di Indonesia. Semakin luasnya lahan yg mengalami perkerasan sehingga membuat air tidak dapat meresap secara alami ke tanah mengakibatkan banjir di berbagai tempat. Kemudian solusi dibuat selokan seperti di Selokan Mataram dan kanal banjir membantu untuk mengurangi potensi banjir.

Sila cek postingan beliau tentang deforestasi


Sila cek postingan beliau tentang kota ramah air


Menurut beliau, solusi-solusi tersebut dinilai hanya menghabiskan dana pajak rakyat sementara masalah-masalah lingkungan dan sosiologi terus saja timbul. Contoh masalah lagi adalah akibat dari pembangunan selokan-selokan tersebut, air Selokan yang seharusnya bisa kembali lagi ke tanah sebagai air tanah, justru terbuang ke hilir sehingga secara nalar volume air yang seharusnya bisa masuk ke tanah sebagai air tanah yang dapat dikonsumsi langsung oleh rumah tangga, pertanian menjadi berkurang alhasil tidak heran jika pembangunan apartemen, bangunan tinggi dinilai secara tidak langsung menghalangi volume air hujan-tanah yang dapat dimanfaatkan langsung. Sehingga permukaan air pada sumur jadi turun, warga terpaksa menggali sumur lebih dalam lagi. Bukan tidak heran jika seperti di Jakarta, permukaan tanah bisa turun sedikit demi sedikit.

Masalah lingkungan akibat modernisasi selanjutnya adalah masalah semakin meningkatnya sifat individualisme manusia. Semakin mereka mengkotak-kotakkan kehidupan seperti di apartemen semakin tinggi sifat individualismenya, makin beda dikit makin gampang senggol bacok, makin apatis, suatu hal yang tidak beliau sukai dari tinggal di apartemen. Boro-boro apartemen, di kos biasa aja saya juga ngerasa begitu. Hhmm


Konsep Hunian Terjangkau dan Alam

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang adaptif. Ga punya springbed, bisa tidur di kasur busa. Kalo ga punya, bisa belajar tidur di kasur kapuk. Kalo ga punya, pake tikar juga oke selama ketika bangun masih diberi nafas oleh Tuhan. Menurut Kang Yu Sing, membangun hunian tidak perlu mewah atau menggunakan material baru atau menggunakan material yang sangat mahal. Pada intinya membangun rumah tangga hanya diperlukan material yang ada&sustain tumbuh di lingkungan sekitar hunian sekaligus berfungsi sebagai misi melestarikan alam.

Membangun rumah jangan terlalu pusing mikirin apa kata orang tentang rumahmu. Asal kamu nyaman, memang sesuai dengan budget yang dimiliki, bukan hasil nyolong, plus membantu melestarikan bumi, yang bakal untung adalah anak cucu juga. Beliau saat ini rajin mengkampanyekan rumah tumbuh yang dibangun dari kombinasi material alam contohnya bambu. Persis seperti saat saya hadir di mini seminarnya, doktrinasi untuk hidup sederhana, secukupnya, berimbang dengan alam makin menohoque. Menurut beliau, bambu baik dengan perlakuan maupun tidak adalah bahan yang sustain untuk digunakan membangun rumah sebagai contoh di Klinik Kopi, murah asal dengan penataan yang tepat bisa kokoh, tahan lama, estetik.





Membangun hunian bahkan sebagai tempat kerja sekaligus tidak harus sertamerta jadi dalam waktu sesaat. Sebagai contoh keluarga baru yang terdiri dari ayah, ibu, 1 anak bisa membangun 1 ruang serbaguna yang bisa digunakan sebagai ruang makan&masak yang disekat dengan ruang kerja sekaligus ruang tamu, kamar mandi di lantai 1. Lantai 1 dibangun menggunakan beton cetak. Kemudian ruang tidur, ruang privasi keluarga, ruang cuci pakaian ada di lantai 2 yang dibangun dari bambu tentunya dengan desain yang artistik supaya rumah jadi 'bernyawa' kayak nyawa aku&kamu yang jadi 1 mas. Tanaman-tanaman bisa digunakan sebagai dekor sekaligus menyumbang suplai oksigen untuk kesegaran nafas kita. Biar kalo nafas ga suka sesak karena tekanan hidup yang menghimpit. Beda kan sama kredit rumah yang maksa kita harus kerja lembur bagai quda sampe mengorbankan waktu dengan keluarga, waktu beribadah, bahkan kesehatan karena lama-lama di jalan menghirup polusi, ujung-ujungnya yang dibayar cuma bunganya mirip cerita di akun management finance Jouska.id.

Alternatif bahan lain juga bisa menggunakan material bekas seperti krat botol yang didekor untuk mengisi perabot rumah, kayu-kayu bekas untuk dijadikan dinding, kaca-kaca tidak terpakai yang bisa dipoles untuk jadi jendela.




Di setiap sesi Kang Yu Sing selalu menekankan untuk hidup seperlunya, secukupnya melalui implementasi hunian itu. Ketika rumah dibangun dengan sederhana, secukupnya, lebih murah dalam perawatan, lebih dekat dengan keluarga lha wong kemana-mana keliatan ga perlu teriak-teriak kalo mau nyari istrinya dimana, minim biaya untuk membersihkan, minim listrik karena lampu sedikit, kalo berantem sama istri bakal cepet baikan lagi karena rumah yang sempit memaksa suami ketemu istri buat minta kelon, tambah kontraktor bambu Klinik Kopi yaitu Bambu Boss. Begitulah Kang Yu Sing, makin sederhana pemahaman untuk membangun hunian&kehidupan, maka makin sedikit stress yang ditimbulkan. Ketika kita hanya mampu membangun rumah tangga senilai Rp 100jt untuk kelas rumah tumbuh, jalan aja ga perlu liat kanan kiri. Ketika di 5 tahun pertama menikah baru mampu punya ruang serbaguna&ruang tidur non permanent, jalan aja karena kenikmatan kesederhanaan adalah milik kita seperti di Klinik Kopi tidak serta merta langsung jadi bangunan tingkat 2 semacam itu, tapi bertahap sesuai kemampuan.


Saya ga bisa ngajuin kredit dong kalo rumahnya ga permanent?

Bagi teman-teman yang memang berniat menerapkan no kredit baik riba maupun tidak riba bisa mencoba alternatif cara membangun rumah semacam ini. Meyakinkan diri bahwa hidup sederhana tanpa beban hutang, tagihan kredit, decline cc itu adalah nikmat memang tergantung dari partner hidup teman-teman. Bagi teman-teman yang masih berpikir bahwa rumah adalah murni investasi dalam bentuk materi, perlu menimbang-nimbang lagi tujuan hidup ini apakah untuk sementara atau kekal di dalamnya. Kang Yu Sing mendukung teman-teman yang benar-benar memfungsikan hunian sebagai hunian semata. Tidak perlu membangun hunian tembok dengan tujuan dikreditkan ke bank untuk agunan pinjaman dalam rangka memenuhi keinginan materi yang lainnya. Enough is enough. Secukupnya saja.


PS : saya masih kurang ilmu buanyak banget, jadi masih perlu belajar lagi dari yang lebih ahli. Bagi yang tidak sepakat dengan pemikiran ini ya monggo bisa diskip tanpa perlu diperdebatkan. Bagi yang mau ngasih masukan ya monggo bisa melalui japri.
Makasih Lintang Aulia Putri sudah mendukungku, coba kalo kamu cowok, udah tak lamar dari kapan taun.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook